Game MMORPG Baru Gagal: Penyebab Live Service Sekarat Terungkap!

Dunia game daring kembali dihadapkan pada pertanyaan krusial: mengapa game MMORPG baru gagal dan sulit bertahan di pasar? Dulunya, game MMORPG menjadi primadona dengan dunia terbuka luas, interaksi sosial, dan tantangan yang terus-menerus. Namun, kini, magis tersebut perlahan pudar. Judul-judul baru yang rilis cenderung tidak mampu memberikan hasrat bagi gamer untuk terus memainkannya, bahkan banyak yang menutup server dalam hitungan satu atau dua tahun. Fenomena ini memunculkan pertanyaan tentang masa depan genre live service ini. Artikel ini akan membahas lebih dalam alasan-alasan mengapa penyebab MMORPG gagal terus terjadi, seperti dilansir dari Gamebrott.

Pudarnya Sihir MMORPG: Dari Primadona Menuju Senja

Dahulu kala, game MMORPG merupakan primadona di kalangan gamer, terutama di warung internet (warnet). Judul-judul seperti Ragnarok Online, Yulgang, Atlantica, dan RF Online sangat populer. Bagi sebagian besar gamer, MMORPG bukan hanya sekadar game, melainkan juga gaya hidup dan wadah untuk membangun komunitas sebelum era media sosial marak. Hubungan antar anggota party dan guild terasa seperti keluarga, membentuk ikatan yang kuat.

Namun, seiring berjalannya waktu, magis tersebut mulai memudar. Berbagai game MMORPG besar telah menutup servernya. Sementara itu, judul-judul baru yang datang sebagai pengganti seringkali tidak bertahan lama. Banyak yang bisa diprediksi hanya akan beroperasi beberapa tahun saja sejak hari perilisan. Ini menunjukkan adanya masalah mendasar mengapa game MMORPG baru gagal dalam mempertahankan eksistensinya.

Investasi Mahal dan Janji Kosong Pengembang Game MMORPG Baru

Alasan MMORPG baru tidak bertahan lama, termasuk janji kosong pengembang

Alasan MMORPG baru tidak bertahan lama.

Pengembangan game MMORPG membutuhkan investasi yang sangat besar dan penuh risiko. Tidak jarang, sebuah game baru memerlukan waktu 5 hingga 10 tahun untuk dikembangkan dari nol, dengan biaya yang tidak sedikit. Dorongan ini seringkali membuat publisher menerapkan sistem monetisasi yang agresif untuk segera mengembalikan biaya pengembangan.

Contoh nyata adalah New World dari Amazon Games. Meskipun merupakan proyek ambisius, game ini diperkirakan akan menghadapi akhir masa operasinya di tahun 2026. Seringkali, janji-janji yang mengiringi perilisan game MMORPG baru terdengar sama: “berbeda dari sebelumnya” dengan “gameplay menjanjikan”. Namun, pada kenyataannya, banyak game yang New World tidak berhasil membuat player betah.

Pengalaman yang ditawarkan game MMORPG baru terkadang biasa saja

Pengalaman yang ditawarkan terkadang biasa saja.

Banyak pengembang terlalu ambisius, ingin membuat game mereka menjadi “the Dark Souls of MMORPG” dengan combat yang sulit atau raid kompleks, namun tanpa arah yang jelas. Mereka cenderung menjanjikan terlalu banyak, tetapi berakhir dengan underdeliver. Salah satu contoh terbaru adalah game Elyon, yang menjanjikan combat udara dan tema steampunk. Namun, game tersebut banyak dikritik karena optimalisasi seadanya, cerita dan konten in-game yang tidak menarik, serta grafis yang buruk.

Fenomena ‘Cash Grab’ dan Hilangnya Retensi Pemain

Game MMORPG baru tidak menarik dan terkesan generik

Tidak menarik dan terkesan generik.

Perilisan game yang semakin cepat dan mudah dilakukan oleh siapa saja telah meningkatkan batasan bagi judul-judul MMORPG. Mereka tidak bisa lagi hanya menjanjikan hal unik dan berharap player akan sabar menunggu game dipoles. Jika sebuah game tidak cukup unik sejak awal, potensi ditinggalkan sangat tinggi, apalagi untuk game MMORPG yang jarang mendapat kesempatan kedua.

Judul-judul yang dibuat sekadar untuk cash grab akan memiliki retensi player yang lebih rendah dibandingkan game yang dikembangkan dengan passion, seperti Final Fantasy XIV atau bahkan MMO shooter Helldivers II. Ketika game hanya berisi daily yang sama dan berulang setiap hari, pengalaman bermain terasa lebih mirip pekerjaan kedua daripada hiburan. Sayangnya, kondisi ini telah menjadi formula umum bagi banyak game MMORPG baru, terutama dari Korea Selatan. Akibatnya, game baru seringkali terkesan sebagai carbon copy dari judul sebelumnya dengan bungkus dan publisher yang berbeda, namun dengan formula yang sama.

Kompleksitas Game dan Komunitas yang ‘Gatekeep’

Terlalu timpang bagi player yang kembali ke MMORPG baru

Terlalu timpang bagi player yang kembali.

Gamer yang bosan dan ingin mencoba game MMORPG baru seringkali berharap menemukan sesuatu yang revolusioner. Namun, ekspektasi ini tidak jarang sirna setelah mencoba game tersebut. Mereka merasa kecewa, menemukan bahwa “rumput tetangga” yang dijanjikan ternyata hanya “rumput plastik murahan”. Banyak yang akhirnya menyerah dan kembali ke game lama yang lebih familier.

Selain itu, sebagian besar game MMORPG modern tidak dirancang untuk player lama yang kembali setelah absen. Meskipun kadang diberikan item untuk mengejar ketertinggalan, permasalahan utamanya adalah game menjadi terlalu kompleks. Item baru menjadi sangat bloated, jumlahnya masif, dan seringkali tidak dapat digunakan karena batasan level, class, atau lainnya. Ini membuat player yang kembali merasa kewalahan dengan learning curve yang berat, menjadi salah satu penyebab MMORPG gagal dalam menarik kembali pemain lama.

Komunitas game itu sendiri juga sering melakukan gatekeep, sulit menerima player baru dengan gear seadanya. Guild yang kompetitif biasanya sudah penuh dengan player aktif, sementara guild kasual tidak banyak membantu. Kondisi ini membuat pengalaman kembali ke game terasa pahit. Teman guild yang tidak aktif dan desain game yang tidak ramah returnee cukup untuk membuat mereka berhenti lagi.

Pergeseran Fungsi Sosial dan Kurangnya Regenerasi Pemain

Media sosial gantikan peran sosial MMORPG

Media sosial gantikan peran sosial MMORPG.

Dulu, memainkan MMORPG identik dengan membangun komunitas antar player dalam party atau guild. Rasa haus untuk terus menjalin hubungan hanya bisa didapatkan dari game online. Belum ada media sosial yang mengambil alih fungsi ini, sehingga chat dengan teman tidak semudah berbicara di Discord saat ini. Sarana sosialisasi terbaik bagi gamer ketika itu adalah melalui MMORPG.

Namun, sekarang fungsi sosial tersebut sudah diambil alih oleh media sosial, yang memicu pergeseran minat pasar. Ini berujung pada kurangnya regenerasi player baru, sebuah faktor penting mengapa live service MMORPG kesulitan bertahan. Sebuah genre membutuhkan regenerasi dari player yang lebih muda agar bisa bertahan. Jika hanya diisi oleh gamer senior yang nyaman dengan judul lama, game baru akan semakin sepi, dan kota-kota virtual berubah menjadi lahan kosong tak berpenghuni. Genre game tersebut secara simbolis berubah dari fantasy medieval menjadi post apocalyptic karena minimnya jumlah player.

Monetisasi Buruk sebagai Akar Masalah

Monetisasi buruk menjadi salah satu penyebab MMORPG gagal

Monetisasi buruk game MMO.

Akar masalah utama yang sering membuat game MMORPG baru gagal adalah monetisasi yang buruk. Diskusi mengenai kegagalan game seringkali berakhir dengan jawaban “game ini terlalu pay to win” atau “jarak antara F2P dan P2W terlalu jomplang”. Game yang gagal menciptakan keseimbangan antara pemain gratisan dan pemain berbayar (whaler) biasanya mengalami penurunan retensi pemain. Tidak ada gunanya bermain jika hasilnya selalu jauh tertinggal dari gamer dengan “kedalaman kantong tak terhingga”.

Sindrom akut ini membebani game asal Korea Selatan seperti Lost Ark. Selain daily grind yang melelahkan, Lost Ark juga sering menjadi sasaran kritik karena monetisasi yang rakus. Contoh lain adalah Blue Protocol, game MMORPG buatan Bandai Namco Online yang tutup server kurang dari dua tahun setelah rilis. Meskipun digadang-gadang sebagai game MMO masa kini dengan hype tinggi, game ini gagal meraih perhatian, bahkan di pasar Jepang.

Populernya model gacha dan live service MMORPG

Populernya model gacha.

Masalah Blue Protocol memiliki beberapa lapisan kompleks. Gamer di Jepang, misalnya, lebih memilih game gacha open world seperti Wuthering Waves atau Genshin Impact, daripada harus grinding berjam-jam di game yang repetitif. Banyak gamer juga beralih ke game lintas platform yang menawarkan gameplay loop lebih singkat, bisa berhenti kapan saja, dan proses yang relatif lebih cepat dibandingkan grind ala MMORPG. Game mobile modern seringkali dibatasi oleh stamina, sehingga konten tidak bisa diselesaikan dalam sekali jalan, berbeda dengan MMORPG yang progresnya tidak terhalang stamina, namun model grind tak terhingga justru membuat player baru kewalahan.

Game MMORPG baru gagal bukan karena kehabisan ide, melainkan karena berbagai aspek yang dulu membuatnya populer telah hilang atau ditinggalkan. Game yang dulunya berhasil “menculik” player selama ribuan jam kini terasa seperti pekerjaan kedua dengan sistem monetisasi yang rakus. Meskipun genre ini mungkin belum mati, menemukan judul baru yang sukses akan terasa seperti menunggu hujan di gurun.

Related Posts

Condemned Criminal Origins Delisted: Game Horror Steam Klasik dari 2005 Hilang Mengejutkan

Dunia game horror Steam dikejutkan dengan kabar pencabutan Condemned: Criminal Origins dari toko digital Valve. Game horor klasik dari tahun 2005 ini tiba-tiba dihapus tanpa peringatan, meninggalkan tanda tanya besar…

Dispatch PS5: Game Terbaik Baru, Lewati Xbox & Switch

Dunia game Dispatch PS5 sedang diramaikan dengan rilisnya Dispatch, sebuah game petualangan episodik baru yang dengan cepat menjadi salah satu rilis yang paling diakui secara kritikus tahun ini. Namun, para…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Sampai Ketinggalan

Akatsuki no Yona Berakhir Resmi: Manga Legendaris Tamat!

  • By admin1
  • November 3, 2025
  • 2 views
Akatsuki no Yona Berakhir Resmi: Manga Legendaris Tamat!

Condemned Criminal Origins Delisted: Game Horror Steam Klasik dari 2005 Hilang Mengejutkan

  • By admin1
  • November 2, 2025
  • 2 views
Condemned Criminal Origins Delisted: Game Horror Steam Klasik dari 2005 Hilang Mengejutkan

Game MMORPG Baru Gagal: Penyebab Live Service Sekarat Terungkap!

  • By admin1
  • November 2, 2025
  • 3 views
Game MMORPG Baru Gagal: Penyebab Live Service Sekarat Terungkap!

Dispatch PS5: Game Terbaik Baru, Lewati Xbox & Switch

  • By admin1
  • November 2, 2025
  • 3 views
Dispatch PS5: Game Terbaik Baru, Lewati Xbox & Switch

Pembatalan Game Bend Studio: Alasan Mengejutkan Live-Service

  • By admin1
  • November 2, 2025
  • 3 views
Pembatalan Game Bend Studio: Alasan Mengejutkan Live-Service

Rilis Disney+ November 2025: Terbaru & Lengkap Wajib Tahu!

  • By admin1
  • November 2, 2025
  • 4 views